Apa Kabar Orang Muda Katolik?

Minggu, 22 Juli 2007

Apa Kabar Orang Muda Katolik?

Dalam sebuah milis (mailing list) muncul perbincangan tentang lemahnya kaderisasi orang muda di gereja Katolik. Peserta milis yang berasal dari beragam latar belakang terlibat dalam diskusi seru ini. Topik ini berkutat pada minimnya kader-kader muda Katolik di tengah masyarakat. Para pelaku dan penentu kebijakan di masyarakat baik dalam bidang sosial, politik, budaya dan ekonomi lebih banyak di dominasi kader-kader muda dari agama lain. Mayoritas orang muda Katolik lebih mudah dijumpai sebagai karyawan biasa atau usahawan pada umumnya.


Dengan kata lain, bidang-bidang yang bersentuhan langsung dengan masyarakat kurang diminati oleh kader muda Katolik, padahal di dalam bidang-bidang itu karya kerasulan dan perutusan kader muda Katolik sebagai garam dan terang sangat dibutuhkan.
Perbincangan dalam milis itu mengerucut pada sebuah kesimpulan bahwa umat dan hirarki kurang sadar tentang arti pentingnya kaderisasi kaum muda Katolik untuk bidang-bidang yang bersentuhan langsung dengan masyarakat serta yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Wadah kaderisasi di dalam gereja yang disebut Mudika lebih banyak berkutat pada kegiatan “seputar altar” dan kurang membekali ang-gotanya ilmu-ilmu dasar ten-tang keorganisa-sian. Akibatnya, selepas Mudika, orang muda belum mumpuni untuk menggarami masyarakat. Ketika masuk dalam dinamika masyarakat, orang muda Katolik hanya menjadi penonton dan kurang memberi sumbangsih bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Topik tentang kaderisasi ini memang menjadi topik klasik yang terus diperbincangan tapi kurang mendapat perhatian. Mudika, yang menurut Gereja adalah kumpulan semua orang Katolik Muda Indonesia, yang baik bersama-sama maupun sebagai pribadi memiliki, mengolah, dan mengembangkan dalam diri-nya tiga kualitas dasar yaitu, (1) Kekatolikan, (2) Kemudaan, (3) Keindonesiaan, ternyata belum mendapat perhatian yang cukup.
Sesungguhnya konsep pembentukan Mudika sudah disiapkan dengan matang. Disebutkan bahwa komunitas Mudika adalah ruang pembelajaran hidup bersama secara teritorial untuk memampukan orang muda dalam mengemban tugas kebudayaan sebagai orang muda, Katolik, dan Indonesia. Hidup komunitas Mudika diarahkan pada : (1) pembelajaran diri dan komunitas, (2) pembelajaran iman dan gereja, (3) transformasi Sosial menuju masyarakat Adil dan Manusiawi. Dengan konsep ini, sebenarnya Mudika dapat dijadikan wadah kaderisasi yang dapat membantu Gereja untuk mewartakan Kabar Gembira di tengah masyarakat.
Persoalan lain juga terletak pada para pendamping orang muda. Sudah ditegaskan bahwa seorang penggerak atau pendamping orang muda Katolik harus mengenal empat wawasan dasar, yaitu (1) analisa sosial, (2) wawasan sosio-kemasyarakatan kontemporer, (3) wawasan dasar kegerejaan dan kemudikaan serta (4) dasar-dasar pengorganisasian sosial (community development/community organizing).
Lantas, apa sebenarnya yang salah dengan kondisi kurangnya kader muda Katolik ini?. Jika kita setuju bahwa kaderisasi adalah tanggung jawab semua pihak, maka tidak ada yang pantas menanggung kesalahan terbesar karena kesalahan ada di tangan kita semua. Prioritas untuk mendorong, membimbing, memberi tanggung jawab dan memberi kepercayaan kepada orang muda adalah tugas kita bersama.
Orang muda sendiri juga perlu menumbuhkan kesadaran bahwa masa depan ada di pundak mereka, sebelum semuanya terlambat dan kita terus-menerus menjadi penonton dalam hiruk-pikuknya masyarakat.
Atau sebenarnya kita mengamini bunyi iklan rokok, “yang lebih muda, yang tidak dipercaya”?. Semoga tidak.

Yudhit Ciphardian

Leave a comment